Kenapa Barcelona Sulit Daftarkan Pemain Baru Sampai Nico Williams Ogah Gabung? Ini Akar Masalahnya

ilustrasi Joan Laporta yang pusing atur uang transfer Barcelona-X-
JAKARTA,Sportszone.id - Barcelona, salah satu klub paling legendaris di dunia, kini tengah menjalani masa-masa sulit yang tak terbayangkan dua dekade lalu. Klub yang pernah dihuni bintang-bintang seperti Ronaldinho, Messi, Xavi, dan Iniesta ini harus berjibaku dengan krisis keuangan yang membuat mereka kesulitan mendaftarkan pemain di La Liga. Apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan finansial Barcelona?
Krisis ini tak terjadi dalam semalam. Akar permasalahan bisa ditelusuri sejak era kepemimpinan Josep Maria Bartomeu sebagai presiden klub. Dalam masa jabatannya, Barcelona terlibat dalam serangkaian pembelian pemain mahal dengan harga selangit namun tidak memberikan hasil maksimal. Contohnya, transfer Philippe Coutinho, Ousmane Dembélé, dan Antoine Griezmann yang totalnya menembus lebih dari 400 juta euro.
Pendekatan transfer yang sembrono ini membuat neraca keuangan klub semakin membengkak. Ditambah dengan beban gaji yang amat tinggi—Barcelona sempat mencatatkan struktur gaji tertinggi di Eropa—arus kas klub mulai terganggu. Kombinasi ini perlahan menggiring klub ke jurang krisis.
Pandemi COVID-19 memperparah situasi. Dengan Camp Nou kosong tanpa penonton selama hampir dua musim, pemasukan dari tiket, tur stadion, dan penjualan merchandise turun drastis. Barcelona kehilangan sumber pendapatan utama, sementara pengeluaran terus berjalan.
Ketika Joan Laporta kembali menjabat sebagai presiden pada 2021, ia mewarisi klub yang nyaris bangkrut. Langkah pertama yang ia ambil adalah membenahi laporan keuangan dan bernegosiasi dengan para pemain untuk memotong gaji. Namun, luka finansial yang ditinggalkan terlalu dalam. Bahkan, demi menyelamatkan klub, Barcelona terpaksa melepas Lionel Messi ke PSG secara gratis karena tak mampu memenuhi regulasi salary cap La Liga.
BACA JUGA:Ini Dia Biang Kerok Batalnya Transfer Nico Williams ke Barcelona
Aturan Ketat La Liga
La Liga, di bawah kepemimpinan Javier Tebas, menerapkan aturan ketat tentang batas gaji klub. Ini bukan hanya untuk mencegah kebangkrutan, tapi juga untuk menjaga kompetisi tetap sehat. Barcelona, yang melampaui batas gaji secara signifikan, tak diizinkan mendaftarkan pemain baru jika tidak mengurangi beban finansial.
Sebagai respons, Barcelona menjual sebagian aset masa depannya, yang dikenal sebagai "palancas" atau tuas ekonomi. Klub menjual hak siar televisi jangka panjang dan sebagian saham di Barca Studios. Manuver ini sukses memberikan suntikan dana segar hingga ratusan juta euro dan memungkinkan klub mendaftarkan pemain baru untuk musim 2022–2023.
Namun solusi ini hanyalah tambal sulam. Di musim-musim berikutnya, masalah kembali muncul. Laporta dan tim manajemen masih harus berjuang keras untuk menyeimbangkan neraca keuangan agar tidak kembali bertentangan dengan regulasi La Liga.
Setiap musim baru, muncul ketegangan: apakah para pemain baru bisa didaftarkan tepat waktu? Barcelona juga menghadapi tantangan membangun stadion baru, Spotify Camp Nou, yang membutuhkan dana besar. Meski proyek ini diharapkan mendongkrak pemasukan dalam jangka panjang, dalam jangka pendek justru menambah beban keuangan klub.
Karena masalah ini, Nico Williams gagal bergabung dari Athletic Bilbao. Dia khawatir nasibnya bisa seperti Dani Olmo dan Pau Victor yang sempat dilarang main karena tak bisa didaftarkan.