BANDUNG, Sporstzone.id – Ketua Bidang Pendidikan dan Penataran KONI DKI Jakarta, Prof Dr Johansyah Lubis, MPd, mengungkapkan, tujuan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) telah bergeser dari ajang prestasi menuju gengsi daerah.

“Pergeseran fokus dari pembinaan atlet daerah menjadi ajang pameran daerah dengan jual beli atlet yang menyalahkan ketentuan KONI,” jelas Johansyah Lubis di sela Seminar Evaluasi PON, Prestasi atau Gengsi, yang diselenggarakan Siwo PWI Pusat di Gedung KONI Jawa Barat, Jalan Pajajaran, Bandung, Kamis, 12 Desember 2024.

Selain Johansyah, pembicara lainnya adalah Profesor Dr.  Djoko Pekik, Ketua KONI DIY dan juga Pakar Manajemen Olahraga, Prof. Muhammad Budiana, Ketua KONI Jawa Barat, Ir. Erlangga Satriagung (Tokoh Olahraga Jawa Timur), Mahfudin Nigara (Pengamat Olahraga), Drs. Ferry Hendarsin, dan Ahmad Saefudin (Wakil Sekjen KONI Pusat) Djajadikusuma (Sekjen KONI Pusat).

Kegiatan yang disupport oleh KONI Jawa Barat ini bekerja sama dengan Siwo dan PWI Jabar serta didukung oleh BJB, Djarum Foundation, FIFGROUP dan sportlinknews.

Dalam ajang PON, kata Johansyah Lubis, persaingan antardaerah lebih mengutamakan kemenangan dibandingkan pembinaan jangka panjang.

“Sebab atlet muda potensial tidak ikut ajang PON. Bahkan, tujuan PON digelar bergeser menjadi gengsi daerah karena dominasi politik lokal dalam penyelenggaraan PON, seperti penempatan anggaran yang kurang tepat. Overlay yang belum lengkap saat pertandingan, sarana dan prasarana yang belum ada saat PON berlangsung,” tutur Johansyah Lubis.

Terjadinya pergeseran tujuan pelaksanaan PON dari ajang prestasi menuju gengsi daerah dipicu pergeseran etika dan moral.

“Contohnya, pengelola induk cabang olahraga menjanjikan medali emas pada tuan rumah agar cabangnya dipertandingkan,” jelas Johansyah Lubis.